Aku bertemu engkau dalam mimpi. Seperti mengisyaratkan pertemuan terakhir, aku mencium tanganmu. Sedikit berbeda karena tanganmu telah dingin.
-oOo-
Pernah kalian rindu dengan seseorang sehingga membuat kalian menangis?
Bukan dengan kekasih. Melainkan dengan orang yang tidak akan pernah tergantikan dalam hidup.
Aku sedang mengalaminya. Aku rindu Eyang Uti. Sosok yang sangat penting dalam hidupku. Di mana beliau sekarang? Di pelukan Tuhan.
Beliau adalah salah satu orang yang selalu mendukung citaku. Merelakan sisa hidupnya untuk selalu menyebut namaku dalam doanya.
Setiap malam, aku menemani beliau untuk tidur. Yang selalu aku ingat, beliau menggenggam tasbih dan berdzikir sebelum terlelap. Di sepertiga malam, beliau selalu bangun untuk tahajud. Mengingat Tuhan dan bersyukur atas apapun yang telah didapat.
Hingga suatu hari, tidak ada firasat apapun. Aku pamit untuk pergi dan tidak menemani beliau malam itu. Aku cium tangan dan kedua pipinya.
Paginya, aku mendapat kabar beliau telah menutup mata untuk selamanya. Hancur? Aku hancur. Di saat terakhir beliau, aku tidak ada di sampingnya.
Jika aku tahu itu adalah hari terakhirnya, aku akan tidur memeluk tubuhnya dan menceritakan betapa beruntung aku menjadi cucunya.
Aku datang saat tubuh beliau sudah diselimuti kain. Tubuh yang terbujur kaku. Menangis? Aku sudah tidak bisa menangis.
Mengikhlaskan kepergiannya menjadi hadiah yang kuberikan terakhir kali untuknya. Aku tidak ingin beliau bersedih. Aku ingin beliau kembali ke pelukan Tuhan dengan tenang dan lapang.
-oOo-
Selamat malam, Uti. Sudah sembilan bulan engkau pergi. Masih ingat dalam benakku saat terakhir aku mencium tanganmu. Meminta izin untuk pergi. Dan ternyata, engkau yang harus pergi untuk selamanya. Bagaimana di sana, Uti? Pasti senang berkumpul kembali dengan Akung. Kalian memang ditakdirkan untuk selalu bersama. Aku di sini baik-baik saja. Oh sedikit menangis. Tenang, ini hanya air mata rindu.
Oh iya, apa di sana engkau bertemu adik Nada? Adikku yang pertama. Yang juga telah pergi saat belum genap satu bulan usianya. Pasti dia sudah menjadi bidadari surga. Aku yakin. Jika dia masih berada di dunia, pasti sangat cantik. Seperti mama dan Amara. Tolong sampaikan kami sangat merindukannya. Papa, mama, aku, Ghifa dan Amara ingin sekali bertemu. Walau hanya dalam mimpi, setidaknya kami bisa tahu bahwa dia baik-baik saja.
Uti, terima kasih telah hadir dalam hidupku. Ikut merawat dan menjadikanku laki-laki yang tangguh. Terima kasih telah sudi menyebut namaku dalam doamu. Terima kasih telah memberi pelajaran yang sangat berarti dalam hidupku.
Sekiranya hanya doa yang dapat aku berikan. Semoga Tuhan menyampaikan doa-doaku untukmu. Untuk Akung, adik Nada dan lainnya. Salam sayang dan rindu yang mendalam dariku.
Uti, engkau cinta dalam hidupku. Sampai bertemu ketika aku sudah menutup mata, untuk selamanya.
Cucumu,
Abiseka.